RESIDENSI.
PESAN DARI VERMONT.
Program residensi Vermont Studio Center mengandaikan terciptanya komunitas kreatif yang membaurkan batas-batas medium, kebangsaan, kultur dan usia. Lewat berbagai kegiatan yang terancang rapi dapat dirasakan bagaimana suasana kreatif itu dibangun
(prolog). 28 februari 2011...Sedianya dari bandara JFK, New York, setelah penerbangan 20 jam lebih dari Indonesia, saya akan menumpang Delta Airlines menuju Burlington Airport, Vermont. Ini airport terdekat dengan lokasi residensi, Vermont Studio Center (VSC), Johnson, Vermont, dan perkiraan waktu terbang 1 jam. Tapi sampai jarum jam bergerak ke angka 11.05, jadwal berangkat pesawat yang tercantum di tiket, tidak ada gelagat akan ada penerbangan saat itu. Cuaca yang masih banyak badai menjadi penghalangnya, begitu menurut keterangan petugas. Sebagian calon penumpang mulai gelisah bahkan beberapa terlihat bersitegang dengan petugas, hal yang mirip juga seperti sering terjadi di Indonesia bila ada delay atau cancel dalam sebuah penerbangan. Setelah menunggu tanpa kepastian hampir 2 jam, petugas Delta Airlines memberi pilihan pada calon penumpang: perjalanan menuju Burlington diganti menggunakan bus atau menunggu penerbangan esok harinya. Karena tidak ingin berlama-lama lagi menunggu di airport (saya tiba di JFK sejak 27 februari sekitar pukul 8 malam), jadilah saya termasuk penumpang yang memilih mengganti melanjutkan perjalanan menggunakan bus.
Bus bertolak sekitar pukul 01.30 siang. Pemandangan di kiri kanan tidak banyak terlihat salju menghampar. “Wah, musim salju sudah akan selesai”, saya pikir. Namun semakin jauh perjalanan, tumpukan salju makin terlihat menebal dimana-mana. Dingin mulai menusuk, saya memuaskan mata mengamati pemandangan dari jendela bus seakan tidak ingin melewatkan momen yang langka bagi saya ini sedetikpun. Kira kira pukul 8 malam waktu setempat bus tiba di Burlington Airport yang juga menjadi bus terminal. Ini artinya tidak ada lagi penjemputan dari pihak pengundang buat saya karena dalam pesan e-mail mereka mensyaratkan penjemputan maksimal dilayani hanya sampai jam 4 sore. Lagian kedatangan saya ini terlambat satu hari karena jadwal residensi saya dimulai 27 Februari. Setelah mengambil koper dan bawaan, saya memutuskan menyewa taxi yang ada disana agar sampai di tempat residensi malam itu juga. Pengemudi taxinya anak muda, perawakan agak kecil dan tipikal wajah timur tengah. Ia mengenalkan dirinya dari Irak, Ahmad namanya dan seorang muslim. Saya mengatakan bahwa nama depan saya adalah Muhammad, mirip-mirip dengan namanya dan juga muslim - ini dengan harapan agar ia tidak membawa saya berputar putar yang berakibat ongkos taxi menjadi mahal. Keadaan jalan sangat gelap dan sepi, ditambah lagi saya orang asing, dengan orang asing dan di daerah yang asing pula. “Ah...semoga selamat sampai tujuan”, begitu doa saya. Kami memecah kesunyian dengan bercakap-cakap apa saja. Kira-kira 1 jam perjalanan taxi sampai di 80 Pearl St, Johnson, Vermont, gedung merah jantung, kantor VSC. Ternyata perihal nama kami yang mirip-mirip dan sesama muslim tidak berpengaruh terhadap ongkos yang harus saya bayar. Argometer menunjukkan angka 95,25 dan saya memberinya 100 dollar. Ongkos ini jauh lebih mahal dari tarif taxi biasanya yang berkisar 60-70 dollar menurut teman-teman residen yang kemudian saya temui disana.
Tidak ada staff VSC yang menyambut saya malam itu karena kantor mereka tutup pukul 4 sore. Tapi di meja ada pesan dalam tulisan tangan dari resepsionis , Kate Westcott, yang berisi ucapan selamat datang dan petunjuk mengenai dimana kamar saya, studio saya dan denah kampus VSC berikut kunci-kunci. Malam itu saya berkenalan dengan beberapa residen yang menunjukkan dimana saya bisa mengambil makanan untuk mengisi perut saya yang terasa kosong. Saya mendapat kamar di lantai dua gedung Red Mill yang merangkap kantor, dinning hall, lounge dan galeri. Bersebelahan dengan kamar saya adalah residen dari Singapore dan Jepang yang lebih dahulu datang.
Pesan Sejarah.
Vermont Studio Center/VSC (sebelumnya bernama Vermont Studio School) dibentuk pada tahun 1984 oleh Jonathan Gregg (arsitek dan pelukis) bersama pasangannya Louise von Weise (praktisi pendidikan dan disainer grafis) dan Fred Osborne (pematung). Menurut situs www.vermontstudiocenter.org saat ini VSC adalah penyelenggara program residensi internasional untuk perupa dan penulis yang terbesar di Amerika Serikat. Setiap bulannya mereka mendatangkan 50 perupa dan penulis dari seluruh negara bagian dan belahan dunia dan 6 visiting artists/writers. Total setiap tahun ada 600 residen perupa dan penulis dan 72 visiting artist/writers yang datang ke VSC untuk bertemu, berbagi dan membuat karya baru. Kampus VSC adalah kampus yang ramah lingkungan, terletak di jantung desa Johnson, Vermont Utara yang tenang, agak terpencil dan memiliki panorama indah dikelilingi deretan pegunungan. Lembaga ini mendapat banyak pendanaan untuk menjalankan programnya mulai dari pemerintah kota, swasta, perusahaan, lembaga partner, kelompok hingga perorangan dengan kisaran sumbangan mulai 1 dollar sampai diatas 100 ribu dollar Amerika.
Gedung-gedung VSC yang tersebar di tepian Gihon river yang jernih dan terawat menampilkan arsitektur yang menarik. Saat ini VSC memiliki 33 bangunan hasil renovasi dari bangunan-bangunan tua dengan tetap memperlihatkan asal usulnya. Ada bangunan bekas pabrik penggilingan gandum yang menjadi gedung utama dimana terdapat dining hall, lounge, kantor dan galeri. Ada bangunan bekas stasiun pemadam kebakaran yang menjadi studio patung, ada bangunan bekas gymnasium tua, rumah-rumah dan bangunan tua lainnya yang kemudian difungsikan sebagai studio, rumah tinggal, ruang kuliah, rumah meditasi, studio yoga, toko art material dan taman. Nama-nama bangunan itu sendiri menarik karena sengaja dibuat untuk mengingatkan sejarah bangunan atau orang-orang yang berjasa atas perkembangan kota itu seperti: gedung utama Red Mill yang bekas pabrik tua Red, studio patung Firehouse yang dulunya stasiun pemadam kebakaran, Schultz Studios yang namanya diambil dari nama pematung media kayu Elias “Dutch” Schultz, Barbara White Studios untuk mengenang artist dan philanthropist Barbara White Fishman, Church Studios yang sepertinya bekas gereja, Maverick Studios yang menjadi studionya residen penulis, lalu Wolf Kahn Studios, Bradley House, Kowalsky House, Pearlman House, Mason House dan lain-lain yang dari namanya menunjukkan komitmen lembaga ini pada sejarah kota.
Pesan Komunitas.
VSC menawarkan independent working, tidak ada tenaga yang akan membantu residen bekerja. Selain mendapat kamar tidur pribadi, masing-masing residen mendapat studio sendiri dengan ukuran yang cukup luas dengan fasilitas untuk bekerja , seperti meja dan sketsel-sketsel besar di studio seni lukis/2D, peralatan lengkap untuk membuat patung/karya 3D, studio kamar gelap untuk photography hitam-putih, printshop dengan mesin etching press dan beberapa fasilitas standar membuat karya grafis, studio live model bagi yang berminat, fentilasi dan pencahayaan yang baik, koneksi internet, perpustakaan untuk perupa dan penulis. Mereka juga memiliki studio store yang lumayan lengkap dimana residen bisa mencari material berkarya kesukaannya. Tersedia juga ruang meditasi dan kelas yoga untuk menyegarkan pikiran. Sebagai program dari residen untuk residen VSC membuka kesempatan kepada setiap residen untuk menjadi sukarelawan membantu pekerjaan sehari-hari dalam masa tinggalnya seperti: membantu chef memasak, mencuci piring, bersih-bersih ruangan, berkebun, membantu pekerjaan administrasi di kantor atau membantu mengajar senirupa untuk anak-anak. Pekerjaan ini dilakukan bergantian dan akan diatur oleh koordinator masing-masing. Saya sendiri memilih mengajar anak-anak.
Berbagai aktifitas telah dijadwal oleh staff. Ada sesi resident slides 4 kali dalam sebulan sebagai ruang presentasi bagi residen perupa yang ingin berbagi. Ada resident reading yang merupakan ‘panggung’ bagi residen penulis. Kemudian visiting artists/writers lecture dimana setiap bulannya 6 perupa dan penulis Amerika dengan jam terbang yang tinggi memberi kuliah yang dapat diikuti siapa saja. Kemudian lagi ada visiting artist/writers talk sebagai bentuk interaksi privat 30 menit antar visiting artists/writers dan residen di studio masing-masing residen. Lalu 2 kali setiap bulan residen didorong untuk berpartisipasi dalam sesi open studios, arena para residen perupa khususnya menunjukkan proses/hasil pekerjaannya dalam masa tinggal kepada sesama residen dan penduduk lokal.
Pesan Berbagi
Pada jam-jam tertentu sehari 3 kali dan 7 hari dalam seminggu residen, founder, direksi, staff, termasuk kolega VSC berkesempatan bertemu dan saling menyapa di ruang makan/dinning hall sembari menikmati hidangan lengkap yang disiapkan oleh chef dan pembantu-pembantunya. Sebagai pusat interaksi, dinning hall menjadi penting keberadaannya dalam program residensi ini karena disinilah staff akan memberikan pengumuman, arahan, pesan dan info-info yang perlu diketahui oleh residen. Di ruang ini pula dalam setiap dua minggu atau ketika ada residen baru yang datang, selain penyampaian hal-hal teknis berkaitan tata tertib residen oleh staff, secara khusus founder akan memberikan pidato penyambutannya. Dalam sambutannya, founder Jon Gregg selalu menekankan akan perlunya kemauan dari tiap-tiap individu untuk berbagi dan meninggalkan ego selama menjalani program ini. Jon yang penganut Budhis, penggemar meditasi dan yoga dan dimasa mudanya pernah menjadi hippies ini mengingatkan residen agar menggunakan kesempatan ini buat berinteraksi dan saling membuka diri, menyerap hal-hal baru, membangun komunikasi yang baik, saling menghormati hak masing-masing dan menjalin persahabatan.
Hanya saja sayangnya tidak semua residen menanggapi dengan baik ajakan “berbagi” ini. Diantara kumpulan orang yang begitu banyak, ada saja beberapa residen yang tidak kooperatif dan lebih mementingkan egonya hingga menimbulkan riak-riak kecil dalam berkomunikasi. Ketika banyak orang berkumpul dalam satu jangka waktu tertentu tentulah akan banyak karakter yang muncul walau secara kebanyakan saya bertemu residen yang mau membuka diri dan berbagi sebagaimana diharapkan oleh program residensi itu sendiri. Yang cukup mengganggu adalah ketika menghadapi residen yang tidak mengerti aturan main. Saya sempat berkonflik dengan residen dari Asia Tengah yang ‘seenaknya’ menguasai fasilitas VSC untuk kepentingannya sendiri tanpa menghiraukan aturan bahwa fasilitas yang ada untuk digunakan bersama. Konflik ini berlanjut ketika dikemudian hari ia juga mencoba memaksa ‘memotong’ jatah waktu pameran saya untuk kepentingan presentasi karyanya. Saya tegas-tegas menolak permintaan tidak sopan tersebut karena tidak ada konfirmasi terlebih dahulu. Staff yang mendengar terpaksa turun tangan dan menegurnya karena tidak taat aturan.
Selain konflik saya dengan residen tersebut, ada residen penulis yang mengeluhkan betapa repotnya ia dengan karakter residen penulis lain yang menempati studio disampingnya yang begitu “over sensitive” . Suara-suara sekecil apapun termasuk suara komputer ketika on/off akan menjadi masalah besar dan berkepanjangan. Ketika saya akan mulai membuat video wawancara dengannya pun kami terpaksa harus mengkonfirmasikan kepada residen ‘bermasalah’ tersebut bahwa kami akan ‘sedikit berisik’ dan mungkin akan mengganggunya. Dikesempatan lain saya juga menemukan seorang residen yang mencoba ‘mempengaruhi’ residen lain untuk tidak perlu menjadi sukarelawan dan membantu pekerjan VSC. Baginya residen cukup menikmati semua fasilitas secara gratis tanpa perlu berbagi menyumbangkan tenaga. Untunglah residen yang coba dipengaruhi itu menolak ‘ajakan sesat’ seperti itu. Lalu ada juga residen yang dalam masa tinggalnya tidak pernah membuka studionya dalam sesi open studios. Ini cukup mengherankan dan dipertanyakan residen lainnya.
Pesan Damai.
Diluar riak-riak kecil tersebut, program residensi ini diakui oleh kebanyakan peserta sangat bermanfaat. Khusus untuk sesi visiting artist buat saya adalah kesempatan berharga karena dapat bertemu dan berdialog secara empat mata dengan seniman yang memiliki jam terbang tinggi dengan sederat awards, grants dan pameran di museum-museum penting seperti Guggenheim, MOMA dan Metropolitan. Mereka antara lain: Angelo Ciotti, seorang enviromental reclamation sculptor yang banyak menggarap proyek-proyek reklamasi lingkungan dari Itali sampai ke China bekerja sama dengan LSM, pemerintah kota dan masyarakat. Carrie Moyer, pelukis, performer dan aktivis lesbian, Katherine Bradford, pelukis dan kartunis New York Times. Xenobia Bailey, seniwati Afro-Amerika yang menekuni Crochet (disini seperti seni renda/rajut) dan terkenal dengan seri “Mandala”nya. Dijajaran penulis ada Stephen Dunn, peraih pulitzer award 2001.
Karya saya sendiri inginnya menyoal tentang tujuan residensi itu sendiri. Dibenak saya, kesempatan residensi adalah untuk membuka cakrawala bergaul dengan komunitas baru, saling berbagi, menjalin komunikasi dan berusaha membuat jaringan buat kepentingan bersama. Saya membuat proyek “Moving Woodcuts” yang dalam prakteknya membawa peralatan mencukil kayu mengunjungi studio residen dan bekerja langsung dihadapan mereka. Saya juga membuat wawancara seputar proses kreatif masing-masing dalam format video 5-8 menit serta membuat seri foto “model dan woodblocks”. Sedangkan proses mencetak saya lakukan di studio. Karya ini dipamerkan di Red Mill gallery, 8 sampai 12 April 2011 yang lalu. Saya juga sempat membuat ‘demo woodcut’ untuk anak-anak elementry school disana.
Berkumpul banyak orang, ada banyak ingatan yang terbawa. Kemeriahan penduduk lokal dalam “karaoke stage” dan permainan bilyard. Keramahan dan kesabaran staff, Keakraban “Asian Artists” yang ditunjukkan oleh Satoshi Hiroshe, Chunghee, Don Salubayba, Bao Ling, Boo Szee, Taro, Jihyun, pesan lintas kultur Elizabeth Hall, Lisa Addison dan Zoe Boucher, pesan lintas media penulis Thom Vernon, pesan cinta Anne Jacobs, penulis dan staff VSC yang merindukan perdamaian antara negeri asalnya, Israel dengan Palestina lewat puisi-puisi dan drawingnya. Hmm, masih banyak lagi…
(SYAHRIZAL PAHLEVI, perupa. Winner of Freeman Asian Fellowships Award 2010. Mengikuti Artist in Residency Vermont Studio Center, Johnson, VT, US dari tanggal 27 Februari sampai 22 April 2011 yang lalu).
pameran karya penulis di galeri Red Mill,pameran karya penulis di galeri Red Mill,
pameran karya penulis di galeri Red Mill,
suasana demo woodcut untuk anak-anak sekolah dasar
suasana open studio seniman Canada, Stephanie Believeau.
visiting artist Angelo Ciotti didepan karya penulis saat open studios
salah satu gedung VSC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar